Selamat datang dalam blog saya

Selamat datang dan mari berbagi melalui blog.
Bersama kita bisa memajukan dunia pendidikan khususnya pendidikan matematika.
Mari kita wujudkan pendidikan matematika yang berkualitas

Google Website Translator Gadget

Sabtu, 10 Desember 2011

Apa sih yang dimaksud apresiasi dalam dunia pendidikan?

Suatu waktu, saya membaca dalam sebuah artikel tentang apresiasi. Saya bertanya-tanya, sebenarnya apa sih apresiasi itu?Apresiasi, sebuah kata yang lebih sering kita dengar dalam dunia seni, dan sastra. Meskipun demikian, ternyata apresiasi juga ada dalam bidang yang lain, misal fisika, kimia, matematika, dan lain-lain. Apresiasi menurut arti katanya dalam The Words of Mathematics, An Etymological Dictionary of Mathematical Terms, Used in English ( Schwartzman, 1994: 27) adalah ”price, worth, value”. Schwartzman (1994: 27)  menyatakan bahwa apresiasi tersebut di Perancis disebut sebagai appraise dan precious.
Untuk memahami pengertian dari apresiasi, berikut kita kaji mengenai pengertian apresiasi berdasarkan pendapat ahli. Alfred North Whitehead (Jarrett, 1991: 157) mengemukakan bahwa dalam kegiatan pengapresiasian terhadap sesuatu yang dilakukan seseorang adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh sesuatu (untuk memahami sesuatu), berpartisipasi di dalamnya, dan penilaian secara keseluruhannya. Jarret  sendiri menyatakan bahwa apresiasi dapat berupa perhatian (attention) terhadap sesuatu (Jarrett, 1991: 153). Lebih lanjut, Jarrett (1991: 156) juga menyatakan bahwa pengapresiasian terhadap sesuatu tersebut dapat berupa ketertarikan (interesting), pemanfaatan (worthwhile), dan kesenangan (enjoyment) dalam mempelajarinya.
Pendapat lain mengenai apresiasi juga dikemukakan oleh G. H. Hardy (Hardy, 2005: 15) yang mengungkapkan seseorang yang appreciate terhadap sesuatu maka orang tersebut menikmati (enjoy) sesuatu tersebut (enjoyment), dan John Dewey (Dewey, 2001: 248) yang menyatakan bahwa apresiasi dapat dimaknai sebagai menikmati suatu pengalaman atau kesenangan (enjoyment) terhadap sesuatu. Dalam buku yang sama, John Dewey (Dewey, 2001: 262) juga mengungkapkan ”...appreciation; that is, to understanding and enjoyment of...”, yang mana apresiasi dapat dimaknai sebagai pemahaman (understanding) dan kesenangan (enjoyment) terhadap sesuatu. Lebih lanjut, John Dewey menyatakan bahwa pemanfaatan (worth) merupakan bagian yang penting dari apresiasi. Kegiatan pemanfaatan tersebut dapat berupa kegiatan pengulangan pengalaman dengan penuh makna (Dewey, 2001: 242). 
Berdasarkan berbagai pendapat tersebut, terdapat berbagai makna dari apresiasi, tergantung darimana kita melihat apresiasi tersebut. Secara garis besar, yang disebut sebagai apresiasi adalah suatu kegiatan yang di dalamnya melibatkan suatu pemahaman, pemanfaatan, ketertarikan, kesenangan, perhatian, dan partisipasi.
Semoga bermanfaat, salam. niken

Kamis, 08 Desember 2011

Nikenm@th-Education: Peranan Sumber Belajar dalam Meningkatkan Apresias...

Nikenm@th-Education: Peranan Sumber Belajar dalam Meningkatkan Apresias...: Matematika merupakan mata pelajaran yang penting dan banyak aplikasinya dalam kehidupan, sehingga siswa diharapkan dapat apresiatif terhadap...

Nikenm@th-Education: Peranan Sumber Belajar dalam Meningkatkan Apresias...

Nikenm@th-Education: Peranan Sumber Belajar dalam Meningkatkan Apresias...: Matematika merupakan mata pelajaran yang penting dan banyak aplikasinya dalam kehidupan, sehingga siswa diharapkan dapat apresiatif terhadap...

Nikenm@th-Education: Peranan Sumber Belajar dalam Meningkatkan Apresias...

Nikenm@th-Education: Peranan Sumber Belajar dalam Meningkatkan Apresias...: Matematika merupakan mata pelajaran yang penting dan banyak aplikasinya dalam kehidupan, sehingga siswa diharapkan dapat apresiatif terhadap...

Peranan Sumber Belajar dalam Meningkatkan Apresiasi Siswa terhadap Matematika

Matematika merupakan mata pelajaran yang penting dan banyak aplikasinya dalam kehidupan, sehingga siswa diharapkan dapat apresiatif terhadap matematika, Untuk itu, guru perlu menciptakan pembelajaran yang menumbuhkembangkan sikap apresiatif siswa terhadap matematika (Chan, 2006: 133-136).
Hal-hal yang dapat meningkatkan apresiasi diantaranya dilakukan dengan mengoptimalkan sumber belajar yang ada. Sumber belajar dalam arti sempit adalah semua sarana pengajaran yang dapat menyajikan pesan secara auditif maupun visual saja, misalnya OHP, slides, video, film, dan perangkat keras lainnya (Sudjana &Rivai, 2003: 76). Sedangkan Edgar Dale (Sudjana &Rivai, 2003: 76) menyatakan pengertian sumber belajar secara lebih luas yaitu pengalaman adalah sumber belajar. Hal ini mempunyai makna bahwa segala sesuatu yang dialami dianggap sebagai sumber belajar, sepanjang hal itu membawa pengalaman yang menyebabkan belajar. Pada umumnya sumber belajar saat ini terbatas pada guru dan buku paket, padahal banyak sumber belajar lainnya baik di dalam maupun di luar kelas, antara lain dapat berupa benda nyata (sebagai model), poster, lingkungan alam dan sosial, yang dapat dimanfaatkan dalam mengoptimalkan proses dan hasil belajar, sehingga meningkatkan apresiasi siswa terhadap matematika. 
Penggolongan sumber belajar menurut Sudjana &Rivai (2003:79-80) dapat berupa pesan, manusia, bahan atau media, peralatan, teknik/metode, dan lingkungan. Pesan merupakan informasi yang harus dipelajari siswa yang dapat berbentuk ide, fakta, pengertian, data. Manusia dalam hal ini adalah orang yang menyampaikan informasi untuk dipelajari siswa, yang dalam hal ini bisa guru atau siswa tergantung dari pengelolaan pembelajaran yang dilakukan. Bahan (media) merupakan barang yang mengandung pesan untuk dipelajari siswa melalui pemakaian alat atau peralatan, atau peralatan adalah barang yang menyaluran pesan untuk dipelajari siswa, yang ada di dalam bahan. Sedangkan teknik/metode merupakan prosedur yang disiapkan dalam mempergunakan bahan pelajaran, peralatan, situasi, dan orang untuk menyampaikan pesan; dan lingkungan adalah situasi sekitar di mana pesan tersebut disalurkan/ditransmisikan.
Perencanaan penggunaan sumber belajar, misalnya dalam penggunaannya sebagai media dalam pembelajaran, dapat dicontohkan dalam table berikut.
Tabel 2. Contoh Bahan atau Media dalam Kegiatan Pembelajaran 
Jenis Bahan
Penggunaan
Buku
Permukaannya sebagai contoh model persegi panjang
Pintu
Permukaannya sebagai contoh model persegi panjang
Kotak Kapur
Model dari balok
Pajangan Foto
Permukaannya sebagai contoh model persegi panjang; skala pengukuran

Selasa, 22 November 2011

kali ini lowongan pekerjaan

lowongan november - desember 2011
A. Tenaga Edukatif (Dosen) pada:
1. Program Studi PGSD (Kode: A1)
2. Program Studi Pendidikan Matematika (Kode: A2)
3. Program Studi Bimbingan dan Konseling (Kode: A3)
4. Program Studi Teknik Informatika (Kode: A4)
B. Tenaga Administrasi, untuk Operator Komputer (Kode: B1)
silahkan buka upy.ac.id untuk informasi lengkapnya

Rabu, 14 September 2011

Nikenm@th-Education: Perbedaan metode, strategi, pendekatan, model pemb...

Nikenm@th-Education: Perbedaan metode, strategi, pendekatan, model pemb...: Seringkali orang merasa bingung dengan perbedaan metode, strategi, pendekatan, dan model pembelajaran. Untuk mengurai kebingungan tersebut, ...

Perbedaan metode, strategi, pendekatan, model pembelajaran

Seringkali orang merasa bingung dengan perbedaan metode, strategi, pendekatan, dan model pembelajaran. Untuk mengurai kebingungan tersebut, marilah kita bersama-sama mencermati masing-masing pengertian metode, strategi, pendekatan, model pembelajaran menurut pendapat ahli sebagai berikut.  
  • Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal (Sanjaya, 2008: 147). Metode dilakukan dengan Teknik dan taktik (penjabaran dari metode) (Sanjaya, 2008: 127). Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode (contoh bagaimana agar ceramah dapat efektif?diperhatika situasi dan kondisinya, misalnya ceramah pada saat siang dengan siswa yang banyak dengan pagi dengan sswa yg sedkit tentu saja berbeda tehnik nya). Taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu. 
  • Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu konsep atau prosedur yang digunakan dalam membahas suatu bahan pelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran (Soedjana, 1986: 4). Pendekatan  dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan terjadinya suatu proses yang sifatnya masih umum. OLeh karenanya strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu (Sanjaya, 2008: 127) 
  • Strategi adalah Usaha guru dalam menggunakan beberapa variable pembelajaran (tujuan, bahan, metode, dan alat serta evaluasi) agar dapat memepengaruhi siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran (Soedjana, 1986: 147). Sanjaya (2008: 126) menyatakan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan (termasuk di dalamnya penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya dalam pembelajaran) yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. 
  • Sedangkan istilah model pembelajaran lebih luas dalam pembelajaran. Konsep model pembelajaran lahir dan berkembang dari para pakar psikologi dengan pendekatan dalam setting eksperimen yang dilakukan (Rachmadi, 2004: 3). Ada berbagai model pembelajaran yang ada, salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif.

Jumat, 19 Agustus 2011

Bagaimana menyusun Lembar Kerja Ssiwa (LKS) yang baik?


Menyusun sebuah LKS seringkali menjadi hal yang rumit bagi sebagian orang. Hal yang paling sering ditemui adalah LKS yang disusun bukanlah LKS yang bertujuan untuk memudahkan atau mengkonstruk pemahaman, akan tetapi lebih kepada kumpulan latihan soal. Lalu bagaimana cara menyusun LKS yang baik itu?
Rudiyanto (Hariati, 1999: 26) menyatakan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam menyusun sebuah LKS:
a.      Syarat-syarat didaktik.
1)      tekankan pada proses untuk menemukan konsep-konsep sehingga LKS di sini berfungsi sebagai petunjuk jalan bagi siswa untuk mencari tahu, 
2)      tidak memperhatikan adanya perbedaan individual sehingga LKS yang baik itu adalah yang dapat digunakan baik oleh siswa yang lambat, sedang,maupun yang pandai.
b.     Syarat-syarat konstruksi
1)      menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan (tingkat perkembangan kognitif) siswa,
2)      menggunakan struktur kalimat atau kata-kata yang jelas,
3)      memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa, apabila konsep yang hendak dituju merupakan sesuatu yang kompleks, dapat dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih sederhana,
4)      menggunakan kalimat yang pendek dan sederhana,
5)      memiliki tujuan pembelajaran yang jelas serta manfaat dari pelajaran itu sebagai sumber motivasi,
6)      mempunyai identitas untuk lebih memudahkan administasi, misalnya nama, kelas, mata pelajaran, tanggal, dan sebaginya.
c.      Syarat-syarat teknis
1) tulisan.
Tulisan atau huruf yang harus digunakan adalah:
a)      menggunakan huruf cetak dan tidak menggunakan huruf romawi/latin disesuaikan dengan tingkat kognitif siswa, 
b)      menggunakan huruf tebal yang agak besar untuk topik, bukan garis bawah, 
c) banyak kata dalam satu baris tidak lebih dari 10 kata    

Selasa, 24 Mei 2011

Pengen dapet beasiswa kuliah ke luar negeri? silahkan baca artikel berikut

Endeavour Awards merupakan awards yang berasal dari pemerintah Australia yang memberikan kesempatan bagi warga negara Asia Pasifik, Timur Tengah, Eropa, dan Amerika untuk melakukan studi, penelitian dan pengembangan di Australia.
The Endeavour Awards merupakan inisiatif Australia dapat memaksimalkan Australia dalam menjalin hubungan dengan negara tetangga.
Program beasiswa untuk tahun 2012 ini pendaftaran dibuka pada tanggal 1 April 2011 dan ditutup pada 30 Juni 2011. Untuk informasi lebih rinci dan formulirnya dapat diunduh di www.deewr.gov.au/EndeavourAwards/Pages/Home.aspx

Semoga bermanfaat

Sumber: Pemerintah Australia (www.deewr.gov.au/EndeavourAwards/Pages/Home.aspx)

Rabu, 11 Mei 2011

Nikenm@th-Education: Matematika itu mata pelajaran yang menyenangkan?

Nikenm@th-Education: Matematika itu mata pelajaran yang menyenangkan?: "Untuk menciptakan pembelajaran matematika yang menyenangkan dibutuhkan berbagai macam strategi, diantaranya pembelajaran yang berbasis kompu..."

Matematika itu mata pelajaran yang menyenangkan?

Untuk menciptakan pembelajaran matematika yang menyenangkan dibutuhkan berbagai macam strategi, diantaranya pembelajaran yang berbasis komputer. Ada beberapa penelitian pengembangan tentang hal itu dianataranyayang dilakukan oleh Niken Wahyu Utami dan Yohana Krisdian D dari jurusan pendidikan matematika UNY pada tahun 2005/2006. Tahun-tahun berikutnya pun semakin banyak penelitian pengembangan serupa yang lebih bagus dar yang sudah ada sebelumnya ini. Sebagai bahan referensi pengembangan pembelajaran yang menyenangkan, ada 2 artikel terkait tentang Media Pembelajaran Berbasis Edutainment yang dapat dilihat
1. Abstrak skripsi Niken tentang pengembangan media pembelajaran
2.Math is Fun di www.yohana-krisdian.blogspot.com/2011/04/pengembangan-media-pembelajaran.html

Nikenm@th-Education: Cooperative learning (Pembelajaran Kooperatif)

Nikenm@th-Education: Cooperative learning (Pembelajaran Kooperatif): "Kita tahu bahwa kerja kelompok merupakan salah satu strategi untuk mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar karena strategi ini banyak memb..."

Errors in Cooperative learning (Kesalahan dalam Pembelajaran Kooperatif)

Kita tahu bahwa kerja kelompok merupakan salah satu strategi untuk mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar karena strategi ini banyak memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja bersama memechkan masalah untuk mencapai tujuan. Roger dan David Johnson (Agus Supriyono, 2009: 58) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Ada 5 unsur pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan, yaitu:1) Saling ketergantungan positif (positif interdependence); 2) tanggung jawab perseorangan (personal responsibility); 3) interaksi promotif (face to face promotive interaction); komunikasi antar anggota (interpersonal skill); 5)pemrosesan kelompok (grouping processing).
Oleh karena itu bukanlah hal mudah untuk menerapkan pembelajaran kooperatif, seperti halnya yang telah kita bahas pada bahasan sebelumnya tentang Pembelajaran Kooperatif .
Kesalahan dalam merencanakan dan membagi siswa dalam kelompok, maupun dalam pelaksanaannya yang belum sesuai dengan pembelajaran kooperatif dapat menimbulkan hal-hal negatif yang tidak diharapkan. Kesalahan perencanaan yang tidak memperhatikan kemampuan awal peserta didik dapat mengakibatkan tidak berjalannya pembelajaran yang diharapkan.
Selain itu, kesenjangan dalam kelompok yang seharusnya dapat dikurangi dengan pembelajaran kooperatif dapat terjadi sebaliknya yaitu bertambah senjang apabila dalam kelompok tersebut yang bekerja hanya siswa-siswa tertentu dan siswa-siswa lain hanya mengandalkan teman kelompoknya.
Mengenai hal-hal lain tentang kesalahan-kesalahan yang dapat terjadi dalam pembelajaran koperatif, dapat diakibatkan diantaranya oleh:
1. ukuran kelompok terlalu besar
2. membiarkan siswa memilih kelompoknya sendiri
3. tidak hati-hati memantau kelompok ketika mereka bekerja
Oleh karena itu, penerapan pembelajaran kooperatif haruslah hati-hati dan perlu direncanakan secara hati-hati pula.

Sumber:
1. Agus Supriyono tahun 2009
2. http://tlt.suny.edu/originaldocumentation/library/cm/mistakes.htm

Selasa, 03 Mei 2011

Nikenm@th-Education: Bingung mencari referensi penelitian yang relevan dalam skripsi?

Nikenm@th-Education: Bingung mencari referensi penelitian yang relevan dalam skripsi?

Bingung mencari referensi penelitian yang relevan dalam skripsi?

Skripsi, seringkali menjadi mata kuliah yang sulit dilalui sebagian mahasiswa. Mahasiswa tingkat akhir yang telah mengalami bebas teori terkadang terlena dengan habisnya mata kuliah yang diambil. Banyak dari mahasiswa semester akhir yang mencari pekerjaan sampingan, dengan berbagai pertimbangan, diantaranya pengalaman bekerja. Namun, hal itu seringkali menjadi bumerang bagi mahasiswa itu sendiri dalam menyelesaikan tugas akhirnya, apabila tidak bisa membagi waktu dengan tepat.

Minggu, 01 Mei 2011

The Log Linear Model


Ingat kembali mengenai uji statistik dua arah chi-kuadrat. Tes ini cocok jika subjek, atau lebih umum entitas, telah diklasifikasikan silang dalam dua cara dan data dalam bentuk frekuensi penting. Sebagai contoh, misalkan kita telah mengambil sampel dari 66 orang dewasa dan ingin menentukan apakah jenis kelamin orang dewasa adalah berkaitan dengan persetujuan atau kurangnya persetujuan dari serial televisi. 
Hipotesis nol untuk dua arah chi-kuadrat adalah bahwa cara-cara klasifikasi independen. Dalam hal ini kita memiliki: H0: Seks adalah independen persetujuan dari serial televisi.
Berdasarkan hipotesis nol, diharapkan frekuensi sel (eij) dihitung dari
Add caption
 ,  dengan n adalah ukuran sampel
dan dibandingkan terhadap frekuensi observasi (0i) dengan berikut statistik chi-kuadrat:

Meskipun sederhana ini adalah untuk menangani statistik, bagaimana kita menganalisis data jika kita juga ingin memeriksa efek dari lokasi, sebagai variabel moderator yang mungkin, atas persetujuan dari series, dan memiliki tiga-cara tabel kontingensi berikut?
             Pedesaan                                       Perkotaan
               Setuju              Tidak Setuju               Setuju                          Tidak Setuju
Perempuan
3
7
                 6
12
Laki-laki
5
15
17
1

Apa yang paling sering peneliti telah dilakukan di masa lalu dengan tabel kontingensi multiway adalah dengan menjalankan beberapa analisis dua arah. Hal ini didorong oleh paket statistik, yang dengan mudah menghasilkan chi kuadrat untuk semua tabel dua arah. Tapi pembaca harus melihat bahwa ini adalah sebagai tidak memuaskan sebagai memiliki tiga atau empat-cara ANOVA dan hanya melakukan beberapa dua arah ANOVA, karena dua alasan berikut:
  1. Tidak memungkinkan seseorang untuk mendeteksi interaksi tinggi pada tiga faktor atau lebih.
  2.  Itu tidak memungkinkan untuk pemeriksaan simultan hubungan berpasangan
 
ASUMSI-ASUMSI YANG ADA DALAM LOGLINEAR
  1. 1.       Independen
Observasi harus independen. Cara menguji independensi merupakan masalah desain penelitian. Lakukan verifikasi bahwa total N sama dengan jumlah kasus
  1. 2.       Rasio kasus terhadap variable (Adequacy of sample size)
Jumlah kasus harus sesuai dengan jumlah variable. Diperlukan minimal 5 kali jumlah kasus dalam satu sel. Jika kita mempunyai sebuah variable dengan 3 level dan lainnya dengan 5 level maka diperlukan 3x5x5 = 75 kasus. Log linear akan gagal jika kombinasi variable menghasilkan terlalu banyak cell tana kasus.
  1. 3.       Adequacy of Expected Frequency
Expected frequency nilainya harus besar. Caranya lihat expected cell frequency untuk semua two-way association untuk meastikan bahwa semuanya lebih besar dari 1 dan tidak lebih dari 20% dari cell yang nilainya di bawah 5.
  1. 4.       Tidak ada outlier dalam solusi
Hal ini berarti adanya perbedaan yang besar antara hasil observasi dan expected frequency (large residual). Caranya lihat nilai residual dari residual plots.
Contoh langkah-langkah:
Kemudian pada bagian crosstabs:
Kemudian pilih statistics chisquare:
Lalu kontinu, pilih cells isikan observed, expected, dan percentage kemudian kontinu
Kemudian kontinu dan OK, maka di dapat output hasil SPSS sebagai berikut

CROSSTABS   /TABLES=ECG BY BMI BY Smoke   /FORMAT=AVALUE TABLES   /STATISTICS=CHISQ   /CELLS=COUNT EXPECTED ROW COLUMN TOTAL   /COUNT ROUND CELL.

Crosstabs

[DataSet0]

Case Processing Summary

Cases

Valid
Missing
Total

N
Percent
N
Percent
N
Percent
ECG * BMI * Smoke
176
100.0%
0
.0%
176
100.0%

ECG * BMI * Smoke Crosstabulation
Smoke
BMI
Total
1.00
2.00
1.00
ECG
1.00
Count
47
8
55
Expected Count
34.4
20.6
55.0
% within ECG
85.5%
14.5%
100.0%
% within BMI
65.3%
18.6%
47.8%
% of Total
40.9%
7.0%
47.8%
2.00
Count
25
35
60
Expected Count
37.6
22.4
60.0
% within ECG
41.7%
58.3%
100.0%
% within BMI
34.7%
81.4%
52.2%
% of Total
21.7%
30.4%
52.2%
Total
Count
72
43
115
Expected Count
72.0
43.0
115.0
% within ECG
62.6%
37.4%
100.0%
% within BMI
100.0%
100.0%
100.0%
% of Total
62.6%
37.4%
100.0%
2.00
ECG
1.00
Count
10
6
16
Expected Count
6.6
9.4
16.0
% within ECG
62.5%
37.5%
100.0%
% within BMI
40.0%
16.7%
26.2%
% of Total
16.4%
9.8%
26.2%
2.00
Count
15
30
45
Expected Count
18.4
26.6
45.0
% within ECG
33.3%
66.7%
100.0%
% within BMI
60.0%
83.3%
73.8%
% of Total
24.6%
49.2%
73.8%
Total
Count
25
36
61
Expected Count
25.0
36.0
61.0
% within ECG
41.0%
59.0%
100.0%
% within BMI
100.0%
100.0%
100.0%
% of Total
41.0%
59.0%
100.0%

Chi-Square Tests
Smoke
Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
1.00
Pearson Chi-Square
23.503a
1
.000


Continuity Correctionb
21.670
1
.000


Likelihood Ratio
24.906
1
.000


Fisher's Exact Test



.000
.000
Linear-by-Linear Association
23.298
1
.000


N of Valid Cases
115




2.00
Pearson Chi-Square
4.151c
1
.042


Continuity Correctionb
3.033
1
.082


Likelihood Ratio
4.113
1
.043


Fisher's Exact Test



.074
.041
Linear-by-Linear Association
4.083
1
.043


N of Valid Cases
61




a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 20.57.
b. Computed only for a 2x2 table
c. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.56.